News

Asal Usul Jalan Braga Bandung

Tim Redaksi - Sunday, 26 October 2025 | 09:00 PM

Background
Asal Usul Jalan Braga Bandung

Jalan Braga tidak sekadar deretan bangunan tua dan kafe bergaya Eropa yang memikat wisatawan. Di balik namanya tersimpan kisah panjang yang merekam perjalanan budaya dan sejarah Kota Bandung. Banyak versi yang beredar tentang asal-usul nama “Braga”, dan masing-masing kisah menambah pesona tersendiri bagi jalan legendaris ini.

Salah satu versi menyebut bahwa “Braga” diambil dari nama seorang penulis naskah drama asal Portugal, Theotila Braga (1834–1924). Konon, kawasan ini dulu merupakan markas perkumpulan drama Belanda yang berdiri pada 18 Juni 1882, diprakarsai oleh Asisten Residen Peter Sijthot. Tak heran bila atmosfer seni dan pertunjukan begitu kental di kawasan ini sejak masa kolonial.

Namun, catatan lain mengungkap kemungkinan berbeda. Ada yang percaya nama itu berasal dari “Bragi,” dewa puisi dalam mitologi Nordik, simbol kreativitas dan keindahan kata. Versi ini terasa pas, mengingat sejak dulu Braga memang menjadi ruang ekspresi dan pusat seni di Bandung.

Sementara itu, sebagian sejarawan Sunda menafsirkan bahwa “Braga” berasal dari kata “ngabaraga,” yang berarti bergaya, mejeng, atau memamerkan penampilan. Makna ini terasa hidup hingga kini, karena Jalan Braga masih menjadi tempat favorit untuk berjalan santai sambil “nampang” di tengah suasana klasik kota tua. Versi lainnya menyebut bahwa "Braga" bisa mengacu pada kata dalam sastra Sunda yang berarti jalan di tepi sungai yang sesuai dengan lokasi Jalan Braga yang berada di tepi Sungai Cikapundung.

Ada pula cerita bahwa “Braga” merujuk pada minuman keras khas Rumania yang populer di kalangan warga Eropa dan sering disajikan di Societeit Concordia — gedung megah yang kini dikenal sebagai Gedung Merdeka.

Menariknya, sebelum menjadi ikon wisata, kawasan ini hanyalah jalan berlumpur yang dikenal sebagai karrenweg atau pedatiweg, jalur penghubung antara gudang kopi milik Andreas de Wilde (kini Balai Kota Bandung) dengan Jalan Raya Pos (sekarang Jalan Asia Afrika). Dari jalan pedati hingga simbol gaya hidup urban dan saat waktu berganti Braga selalu bercerita kepada Bandung dan kepada orang-orang yang merindu.

Popular Article